Thursday, November 26, 2015

My Way..

And now, the end is near
And so I face the final curtain
My friend, I'll say it clear
I'll state my case, of which I'm certain
I've lived a life that's full
I traveled each and every highway
And more, much more than this, I did it my way

Regrets, I've had a few
But then again, too few to mention
I did what I had to do and saw it through without exemption
I planned each charted course, each careful step along the byway
And more, much more than this, I did it my way

Yes, there were times, I'm sure you knew
When I bit off more than I could chew
But through it all, when there was doubt
I ate it up and spit it out
I faced it all and I stood tall and did it my way

I've loved, I've laughed and cried
I've had my fill, my share of losing
And now, as tears subside, I find it all so amusing
To think I did all that
And may I say, not in a shy way
Oh, no, oh, no, not me, I did it my way

For what is a man, what has he got?
If not himself, then he has naught
To say the things he truly feels and not the words of one who kneels
The record shows I took the blows and did it my way

Greatest song of all time. I really love this song. This song served as a motivation for me throughout the five years of studying. Now, to I finally and officially finish my degree. Fast-forward to today. As I look back throughout my studies, all that self doubt is virtually gone because everything that I have done, every person I have met and all the feedback I have received has reassured me that this is a career I love and it’s worth taking the risk to get out of your comfort zone and pursue something new that you want and that will make you happy.

Saturday, April 6, 2013

pondering, smile and appriciate



When it is no longer worth to stay and lost in between the words, then it's better to move on and create a new phrase of life. Why bother to suffer for a totally non worthy path while there are hundreds of way to enjoy yourself. Hope for the best and expect the worst. In every path, lie it's own difficulty. Once you embrace it, do not hope to swallow it slowly as it will leave the bitter taste on your tongue. There will be a time for you to sit on the top and laugh hilariously and there will be a time for you to cry at the bottom of the dark sea where the water will hide the tears and nobody will care.  Life is wonderful if you can perceive it beautifully. It can turn the sorrow into joy and darkness to the light. be positive and attract all the good energy around you.



Monday, April 1, 2013

unknown to known




Let the pictures tell thousand meaning behind it.

My thoughts Big I just can't define. Its written the memories. For few weeks together, we can't forget the fun we've had. Laughing until our faces turn red (haha).Talking of things only we find funny, people may think we're insane as if they only knew.

I guess this is my way of saying thanks for being such a memories. Thanks once again for being such a good friend and being here with me through it all.


We met by God’s grace, became friends by choice, grew in friendship by decision and will be friends for life by commitment. Hopefully that friendship grows last forever.

Sunday, March 31, 2013

Wishing everyone a Blessed Easter!




The angel said to the women, "Do not be afraid, for I know that you are looking for Jesus, who was crucified. He is not here; He has risen, just as He said. Come and see the place where He lay. Then go quickly and tell His disciples: 'He has risen from the dead and is going ahead of you into Galilee. There you will see Him.'" - Matthew 28:5-7

Saturday, March 30, 2013

how I wish..





As a single footstep will not make a path on the earth, so a single thought will not make a pathway in the mind. To make a deep physical path, we walk again and again. To make a deep mental path, we must think over and over the kind of thoughts we wish to dominate our lives.

only If my words could write a love song, I will write a song for you that it would explain just how I feel inside but, dreams are only dreams and wishes seldom come true. My words can't write a love song, but when its written, it's written for you.

how I wish I can say all the word.

Sunday, February 12, 2012

MELIHAT DARIPADA MATA TUHAN BUKAN DARIPADA MATA DUNIA

“Lenyaplah penyakit kusta dan orang itu menjadi tahir.”
Cinta kasih merupakan inti ajaran Yesus. “Inilah perintah-Ku,” kata-Nya, “Iaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu” (Yoh 15:12). Tetapi pasti Yesus merasa sungguh kecewa kerana nampaknya pesan ajaran-Nya itu, tidak sungguh difahami dan dilaksanakan dalam kehidupan. Buktinya banyak perpecahan terjadi di antara para pengikut-Nya sendiri. Menurut kajian, terdapat lebih daripada 22,000 denominasi agama kristian. Sedihnya lagi, banyak di antara denomasi tersebut saling bergaduh di antara satu dengan yang lain. Saling mengatakan bahawa denomanasinyalah yang betul-betul Gereja Yesus yang benar.
Walaupun Yesus tidak pernah menulis suatu garis panduan tentang jenis cinta kasih yang Dia ajarkan itu, namun Dia ada menunjukkan beberapa sifat cinta kasih yang Dia maksudkan itu.
Salah satu daripada sifat cinta kasih Kristian itu adalah kesanggupan untuk berkorban atau berani disakiti demi sesamanya. Umat Kristian Purba, tidak pernah melupakan ajaran Yohanes ini: “Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, iaitu bahawa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kita pun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita” (1Yoh 3:16)
Tetapi saat-saat yang luar biasa seperti, “Menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita,” tidak selalu datang di dalam kehidupan harian kita. Demikian juga dengan keperluan cintakasih seperti bermurah hati sewaktu anda merasa terganggu atau mengongsikan masa, usaha atau kewangan kepada sesama yang memerlukan, tidak selalu dihadapi dalam hidup harian kita. Mungkin inilah sebabnya orang dengan mudah mengatakan “Aku cinta padamu,” tetapi apabila disuruh melakukan sesuatu, tidak mahu melakukan apa-apa atas pelbagai alasan pula.
Suatu hari seorang pemuda menyatakan cinta kasihnya yang tidak berbelah bagi kepada kekasihnya: “Aku cinta padamu sepenuh hati, lautan dalam pun aku sanggup seberangi.” Langsung dijawab oleh sang kekasihnya: “Bolehkah engkau datang ke rumahku hujung minggu ini untuk membantu kami membersihkan kawasan rumah kami?” Air muka pemuda tersebut langsung berubah lesu dan kedengaranlah dia mengomel, “Saya tidak suka orang mengambil kesempatan.”
Sifat cinta kasih Kristian yang kedua adalah bersifat universal, maksudnya, untuk semua walaupun cinta kasih Yesus ditujukan kepada sahabat-sahabat-Nya yang terdekat, misalnya seperti keluarga Lazarus (lih Yoh 11), namun cinta kasih-Nya dipanjangkan juga kepada semua orang-orang miskin, orang-orang sakit, orang-orang yang dipinggirkan oleh masyarakat.
Memang dalam hidup harian kita, terdapat godaan untuk membuat batas-batas tersendiri di dalam menggamalkan cinta kasih tersebut. Misalnya batas suku bangsa, agama, pangkat, darjat atau mengasihi hanya kepada orang-orang yang ‘boleh dikasihi’ dan menguntungkan diri sendiri.
Suatu hari seorang pemuda duduk di dalam bas yang dipenuhi penumpang. Ada seorang ibu tua berdiri di depannya, tetapi dia pura-pura tidur. Apabila ada seorang wanita cantik menaiki bas tersebut, dia mengenyitkan matanya sambil mempelawa wanita tersebut mengambil tempat duduknya.
Sama ada muda atau tua, miskin atau kaya, sukar dikasihi atau orangnya menarik, cinta kasih yang sebenar tidak akan membeza-bezakan orang – semua perlu dikasihi sama rata.
Sifat cinta kasih Kristian yang ketiga adalah aksi yang nyata. Cinta kasih perlu dibuktikan melalui hubungan harian yang biasa di dalam keluarga, di tempat kerja, di sekolah, di kejiranan, malah di manapun kita berada. Jangan sampai apabila ada sesama kita minta bantuan supaya kisah kehidupannya didengarkan, apalagi jika dia memerlukan sesuatu misalnya wang, kita hanya mampu berkata, “Saya prihatin dengan anda, saya tidak dapat bantu memberi apa-apa, tetapi saya doakan saja!” Ingatlah, orang-orang yang bersikap demikian ini pernah ditegur oleh Yakobus: “Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakikatnya adalah mati” (Yak 2:17).
Pada hari ini kita bergembira bahawa kasih Yesus itu tidak ada had. Dia bersedia menyembuhkan orang yang berpenyakit kusta yang dianggap hina dan dipinggirkan itu, bukan dari jauh tapi menjamahnya tanpa was-was dengan penuh cinta kasih.
Contoh-contoh nyata penghidap penyakit kusta moden diwakili oleh orang-orang lanjut usia, terutama ibu bapa kita sendiri yang dianggap sudah lapuk dan tidak berguna lagi. Kita terlalu mengagung-agungkan keremajaan hidup. Kita menolak orang-orang yang menagih dadah, bekas-bekas banduan dan pemimpin yang tidak jujur serta mereka yang menghidap penyakit HIV, AIDS. Kita tidak dapat menerima orang-orang yang kita anggap berdosa.
Demikian juga, ada banyak pasangan bercerai dan berkahwin lagi. Kita sungguh diuji dan sentiasa tercabar bagaimana mengasihi dan menerima mereka apa adanya. Contoh-contoh kehidupan ini memang banyak, maka kesempatan-kesempatan kita untuk mengasihi dan menyembuhkan pun memang banyak.
Ingatlah, Yesus sentiasa mengasihi orang-orang yang berdosa dan sentiasa berharap agar suatu hari nanti mereka akan bertaubat. Kita semua memerlukan penyembuhan dan penyucian. Maka marilah kita bersama-sama merayakan penyucian dan penyembuhan yang kita perolehi daripada Kristus sendiri dengan cara mengharapkan kata-kata-Nya ini: “Aku mahu, jadilah engkau tahir,” sambil kitapun berdoa kepada sesama kita yang masih bergelut dengan pergolakan hidup yang nampaknya kurang baik itu dengan kata-kata Yesus sendiri: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Lk 23:34) 

Wednesday, October 5, 2011

RISIKO MENGASIHI

Renungan Hari Minggu Ke – 27 (A)

Yes 5:1-7; Flp 4:6-9; Mat 21:33-43

“Kebun anggur Tuhan alam semesta ialah umat Israel”
Orang bilang cinta itu buta. Jadi sesiapa yang jatuh cinta, perlu bersedia menerima risikonya. Allah sendiri telah mengalami risiko cinta ini apabila Dia menciptakan manusia menurut gambaran-Nya sendiri, mempunyai kepintaran dan kebebasan yang boleh menerima atau menolak-Nya. Kisah yang yang paling sedih adalah apabila leluhur kita yang pertama, Adam dan Hawa memilih untuk tidak taat kepada Allah lalu menjadikan semua umat manusia mempunyai dosa asal.
Perkara sama terjadi apabila Allah memilih bangsa Israel. Walaupun dijaga oleh Allah dengan cukup baik, namun dasar manusia, mereka lebih suka untuk tidak taat kepada-Nya. Demikian juga di dalam perumpamaan Injil hari ini tentang penyewa-penyewa kebun yang jahat itu. Ketika tuan tanah mengirim orang suruhannya untuk meminta hasil bahagiannya, orang marah malah anaknya sendiri dihina dan dibunuh oleh para penyewa tanah tersebut. Maka tidak hairanlah para penyewa tersebut dihukum dan kebun tersebut diambil kembali oleh tuan tanah tersebut lalu disewakan pada orang lain. Orang-orang yang baru ini pula adalah orang-orang Yahudi, bukan Yahudi dan kita sekarang yang telah menjadi umat Allah yang terdiri daripada pelbagai suku dan bangsa.
Di dalam kisah cinta Tuhan kepada manusia pilihan-Nya ini, kita dapat melihat kasih Allah sedang berkarya. Bahawa kasih, menurut sifatnya yang sebenar, adalah bebas. Maka disanalah sebenarnya titik kelemahan tersebut terjadi. Walaupun Allah mengharapkan agar kita menggunakan kepintaran kita serta kebebasan kita secara bertanggungjawab iaitu membalas tawaran cinta-Nya melalui pelayanan kita terhadap-Nya dan sesama kita, namun kitapun boleh menyalahgunakannya untuk tidak taat kepada-Nya. Maka persoalannya, bagaimanakah kita dapat menggunakan rahmat cinta kasih ini?
Pertama, memang ada orang yang dapat menyalahgunakan rahmat cinta kasih ini. Perkara ini terjadi apabila kita lebih suka menyakiti orang daripada membantunya atau memberi kata-kata kesat daripada memberi kata-kata hiburan dan yang memberi semangat. Dengan kata lain, kita lebih suka bersikap kasar terhadap sesama daripada bersikap lemah lembut.
Kedua, ada orang yang bersikap baik hanya apabila ada atasan atau orang yang berwibawa melihatnya. “Yang penting, jangan kedapatan” kata mereka, “Sebab bukankah orang lain pun buat begitu? Tetapi jika sikap kita demikian, jangan lupa Tuhan sentiasa dapat melihat bukan hanya sikap tapi apa yang kita fikirkan jauh di dalam lubuk hati kita.
Di dalam dua perkara itu tadi, penggunaan rahmat cinta kasih Allah tidak akan membawa apa-apa hasil yang diharapkan Tuhan. Sebab bukan khabar gembira yang kita wartakan tetapi sebaliknya kita menjadi penghambat saluran kasih Allah tersebut kepada sesama kita.
Tentunya menjadi Kristian sahaja belum cukup hanya dengan menghindari dosa. Kita dipanggil untuk melakukan yang terbaik dan melakukan lebih daripada sekadar melaksanakan kewajipan belaka. Ini bererti berani mengambil risiko walaupun sikap kita yang baik itu di salahfahamkan atau disalahgunakan pula. Jangan sampai kita berhenti berbuat yang baik membimbing sesama kita kepada kebaikan untuk menjadi anak-anak Allah yang terpuji.
Walaupun perumpamaan tersebut ditujukan kepada para Farisi dan Saduki, namun ianya tetap berlaku juga kepada kita semua sebagai suatu amaran agar kita tetap berwaspada dengan tingkah laku kita. Memang kita sungguh diberkati dengan iman Kristian yang kita amalkan sekarang ini, tetapi apakah kita sungguh menghasilkan buah yang diharapkan oleh Tuhan? Ataukah agama bagi kita sudah menjadi kebiasaan sehingga sikap kita endah tidak endah sahaja? Hanya menunaikan kewajiban seadanya, rajin ke gereja pada hari Ahad, memberi derma, koleksyen, menyambut Tubuh Kristus kerana terikut arus orang yang pergi menyambut dan begitu seterusnya tanpa apa-apa kesan di dalam kehidupan?
Dengan pasangan suami isteri pun demikian juga. Bayangkanlah, seorang suami yang sayang pada isterinya tetapi hanya di bibir sahaja. Isterinya bekerja untuk mencukupi keperluan rumah tetapi sang suami yang ‘baik’ itu hanya diam tanpa berusaha. Akhirnya isteri melepaskan kemarahannya. Suami terkejut, “Apa hal? Saya tidak lakukan yang tidak baik. Bukan pemabuk, bukan penjudi, bukan kaki perempuan.” Sang isteri yang begitu geram dengan suami berkata, “Itulah halnya. Engkau tidak memperlihatkan kasih dan kepedulianan melalui tindakan mu yang nyata.”
Menjadi Kristian kita tidak boleh berkata pada Tuhan, “Apa hal Tuhan?” Apabila kita menghadapi pelbagai masalah kehidupan, “Saya rajin ke gereja, rajin berdoa, apa lagi yang Engkau mahu?”
Rajin ke Gereja dan berdoa itu memang baik tetapi kita perlu mengimbanginya dengan budaya menyembah kepada Tuhan, iaitu budaya membentuk iman yang disempurnakan dengan budaya bertanggungjawab sosial, menyatakan kasih kita kepada Allah setiap hari melalui tindakan kita yang nyata terhadap sesama yang ditindas, miskin, ditimpa kemalangan dan pelbagai bencana.
Akhirnya kita perlu senantiasa sedar bahawa segala anugerah, bakat, talenta yang Tuhan berikan pada kita itu perlu kita kongsikan dengan sesama sesuai dengan keadaan, masa dan tempat. Sebab jika kita gagal maka nampaknya kita kehilangannya sebab, “Kebun anggur akan disewakan kepada penggarap-penggarap lain, yang akan menyerahkan hasilnya kepada-Nya pada waktunya” (Mat 21:4). (JL)
FROM:
http://keningaudiocese.org/?p=3673